Minggu, 21 Juni 2015

laporan museum ronggowarsito



Laporan Research Museum Ronggowarsito

Disusun guna memenuhi tugas
Mata Kuliah: Islam dan Budaya Jawa
Dosen Pengampu: M. Rikza Chamami, M.SI



Description: download (2)



Disusun Oleh:
Shoimatul Maghfiroh                          (123211080)



FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI WALISONGO
SEMARANG
2015
I.                   PENDAHULUAN
Museum  Ranggawarsita adalah museum yang menyimpan dan memamerkan berbagai warisan budaya dan benda budaya Jawa Tengah yang berlokasi di Kota Semarang, Indonesia. Museum ini diresmikan tanggal 5 Juli 1989 dan memiliki sekitar 59784 koleksi, mulai dari prasejarah hingga proklamsi kemerdekaan. Di museum ini terdapat empat gedung utama, masing-masing dua lantai. Di delapan ruang gedung yang luasnya masing-masing 400 m2.
Dari hasil observasi, penulis tertuju pada pengamatan peninggalan-peninggalan apa saja yang ada di museum tersebut guna untuk mengetahui nilai budaya jawa dan nilai-nilai islam dalam budaya jawa.

II.                RUMUSAN MASALAH
A.    Apa saja koleksi yang ada di museum Ronggowarsito?
B.     Bagaimana nilai budaya jawa dalam lima aspek peninggalan yang ada dimuseum Ronggawarsito?
C.     Bagaimana nilai-nilai islam dalam budaya jawa tersebut?

III.             PEMBAHASAN
A.    Koleksi yang ada di museum Ronggowarsito
Di museum ini terdapat 59784 koleksi yang diantaranya, jambangan, wayang, masjid agung demak, menara masjid kudus, candi cetho, barongan, batu, keris, aneka fosil, dan lain-lain 
B.     Nilai-nilai pada lima aspek peninggalan
1.      Candi Cetho
Description: https://encrypted-tbn2.gstatic.com/images?q=tbn:ANd9GcTGZtZq2J7qZUsujiDndk_5jXFPydoQtLCkb7rhnK5N0oNSyZzo

Candi cetho merupakan candi bersejarah peninggalan dari kerajaan majapahit akhir pada abad ke-15, terletak didesa Gumeng, wilayah kecamatan Jenawi dengan ketinggian 1400 mdpl. Susunan batu yang membentuk kura-kura raksasa yang konon telah dianggap sebagai lambang majapahit.
Candi ini dipercaya memiliki nilai mistik yang tinggi dan biasa digunakan sebagai tempat perenungan diri dan mediasi. Tempat tersebut juga dikelilingi hamparan perkebunan teh yang berada disekitarnya serta kesejukan udara yang akan memberikan nuansa kembali ke alam yang kental.
2.      Peninggalan Jambangan
                                    Description: https://encrypted-tbn3.gstatic.com/images?q=tbn:ANd9GcQwjbog2W_vP7M5xO4ZJhdTml8RlJQNOL7Fvnx4owGEQ9I-W3kMhA
Jambangan berasal dari lasem Rembang yang berfungsi sebagai wadah air yang digunakan untuk bersuci sebelum memasuki makam tokoh islam yaitu Nyi Agung Maloko. Beliau merupakan tokoh penting penyebar agama islam di Rembang. Berdasarkan type nisannya berasal dari abad XV Masehi.
Jambangan ini memiliki nilai religius yaitu sebagai wadah air untuk bersuci, dan memiliki nilai manfaat(berguna), yaitu sebuah tempat yang bisa dimanfaatkan untuk kebutuhan sehari-hari, seperti memasak, minum, tempat menyimpan makanan, dan lain-lain.
3.      Wayang Golek Jawa
Description: C:\Users\soima\Documents\m.ronggo warsito\WP_20150510_118.jpg
Keunikan wayang ini yaitu tubuh, kaki, dan kepala jadi satu, sehingga tidak bisa digerakkan berputar-putar seperti wayang golek pada umumnya. Tokoh yang diperankan dalam wayang ini yaitu “Joko Tarub dan 7 Bidadari”, wayang ini berasal dari kabupaten Pati.
Wayang golek jawa ini memiliki nilai-nilai kebudayaan, yaitu nilai pendidikan yaitu adanya cerita mahabarata, cerita tentang pandhawa, dan lain-lain, dan juga memiliki nilai keindahan yaitu sebagai media hiburan, acar perayaan, dan lain-lain, sedangkan nilai-nilai islamnya yaitu sebagai sarana berdakwah.
4.      Barongan

Description: http://cdn-2.tstatic.net/jateng/foto/bank/images/museum-ronggowarsito-semarang-jateng.jpg
Barongan berasal dari kata “singo barong” yang berarti binatang yang besar yang dapat berbicara seperti manusia. Kesenian Barongan yang berasal dari Blora ini merupakan salah satu warisan budaya yang masih terjaga dan telah tersebar diberbagai daerah di Jawa Tengah, misalnya saja di Kudus, Pati, dan Demak.
Dalam upacara adat, masyarakat sering menggunakan kesenian barongan sebagai media untuk bersyukur kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah menganugerahkan kesejahteraan dan kemakmuran. Selain itu, barongan juga berfungsi sebagai hiburan bagi masyarakat pada saat peringatan hari besar nasional dan upacara tradisional.
5.      Menara Masjid Kudus
Description: C:\Users\soima\Documents\m.ronggo warsito\WP_20150510_053.jpg
Menara ini berada dalam satu kompleks dengan masjid kudus, tepatnya berada di sebelah kanannya. Menara ini didirikan bersamaan dengan didirikannya masjid kudus pada abad XVI M yang terletak di desa Kauman, Kabupaten Kudus.
Menara masjid kudus memiliki ketinggian kira-kira 18 m. Bangunan ini jelas menunjukkan adanya hubungan dengan Jawa yang dapat dilihat dari  fisik bangunannya. Bangunan menara terdiri dari 3 bagian, yaitu kaki, badan, dan puncak bangunan. Kaki dan badan dibangun dan diukir menggunakan tradisi Jawa-Hindu, termasuk motif dan gayanya. Ciri lain bisa dilihat pada penggunaan material batu bata tanpa perekat semen. Teknik konstruksi tradisional Jawa dapat dilihat pada bagian kepala yang berbentuk bangunan berkonstruksi kayu jati dengan empat batang saka guru yang menopang dua tumpuk atap atau tajuk. Pada bagian puncak terdapat semaca mustaka (kepala) seperti pada puncak atap tumpang bangunan utama masjid tradisional di Jawa. Hal tersebut jelas menunjukkan bahwa bangunan menara masjid kudus merujuk pada unsur arsitektur Jawa-Hindu.

C.     Nilai-Nilai Islam Dalam Budaya Jawa
Sebelum islam datang ke Indonesia khususnya Jawa, masyarakat Jawa telah mempunyai kebudayaan dan keyakinan yang telah mengakar kuat dalam kehidupannya. Dalam kehidupan mereka telah melekat kepercayaan dan budaya-budaya Hindhu-Budha karena Hindhu-Budha telah masuk lebih awal di Indonesia daripada islam. Meskipun demikian, islam dapat mudah masuk dan diterima ke Indonesia karena islam masuk secara damai. Para mubaligh dalam menyebarkan agama islam tidak pernah menggunakan  cara kekerasan.
Dalam proses islamisasi di Jawa, islam tidak menghapus budaya-budaya yang telah ada sebelumnya. Namun memberikan warna lain dalam budaya tersebut dengan nilai-nilai keislaman. Dengan cara seperti itu masyarakat Jawa akan mudah menerima islam sebagai keyakinannya.
Budaya lokal  yang ada di masyarakat tidak otomatis hilang dengan kehadiran islam. Budaya-budaya lokal akan terus berkembang dalam kehidupan masyarakat Jawa dengan mendapat warna-warna islam. Seperti pagelaran wayang. Dulu sebelum islam datang wayang digunakan untuk menyembah roh nenek moyang, akan tetapi setelah islam datang wayang digunakan untuk media berdakwah, dan ada juga slametan. Sebelum islam datang pelaksanaan selametan dengan menggunakan mantera-mantera jawa kuno, sedangkan ketika islam datang mantera-mantera tersebut dialihkan menjadi sholawatan, yasinan, ayat-ayat al-Quran.

IV.             KESIMPULAN
Museum Ronggowarsito memiliki 59784 koleksi diantaranya wayang golek, candi cetho, jambangan, fosil, menara masjid kudus, barongan, dan lain-lain. Nilai budaya jawa yang ada dimuseum tersebut yang penulis amati yaitu jambangan, barongan, candi cetho, menara masjid kudus, dan wayang golek. Sedangkan nilai-nilai islam budaya jawatersebut yaitu bisa dilihat dari cara pelaksanaan upacara slametan, pagelayan wayang, dan lain sebagainya.
V.                PENUTUP
Demikian hasil observasi mengenai museum ronggowarsito, semoga dapat bermanfaat bagi pembaca dan bagi penulis sendiri. Penulis sadar dalam melakukan pembuatan laporan ini masih belum sempurna, untuk itu kritik dan saran dari pembaca yang penulis harapkan. Dan semoga dapat bermanfaat bagi pembaca dan penulis.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar