Analisis
Wayang Begawan Cipta Wening
Laporan
Disusun guna memenuhi tugas
Mata Kuliah: Islam dan Budaya Jawa
Dosen Pengampu: M. Rikza Chamami, MSI

Disusun Oleh:
Shoimatul Maghfiroh (123211080)
FAKULTAS
ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS
ISLAM NEGERI WALISONGO
SEMARANG
2015
BEGAWAN CIPTO WENING
I.
PENDAHULUAN
Wayang merupakan tradisi yang masih
melekat diera modern saat ini, tradisi ini biasanya difungsikan pada acara
perayaan seperti acra pernikahan, khitananan, sedekah bumi, dan lain
sebagainya. Sifat-sifat
manusia yang digambarkan dalam bentuk wayang berupa kebijaksanaan, kebajikan,
keserakahan, dan lain sebagainya.
Pagelaran wayang biasanya menampilkan kisah atau cerita zaman
dahulu, baik fiktif maupun fakta. Akan tetapi, dalam setiap pagelaran wayang
kulit, tentunya terdapat beberapa hikmah yang didapatkan, sebagai pelajaran
hidup atau peringatan.
Dalam kesempatan kali ini, penulis akan melaporkan hasil pengamatan
pagelaran wayang kulit “Begawan Cipta Wening” yang bertempat di Kampus I UIN
Walisongo Semarang.
II.
RESUME WAYANG
BEGAWAN CIPTA WENING
Dalam cerita ini diriwayatkan seorang raja raksasa yang bernama
Prabu Niwatakawaca. Ia mencintai seorang bidadari di Suralaya yang bernama Dewi
Supraba dan hendak menikahinya, tetapi permintaan itu ditolak oleh Hyang Indra.
Karena hal itulah, Prabu Niwatakawaca sangat marah dan hendak merusak tempat
Betara Indra. Kemudian betara indra menyuruh para bidadari untuk menggoda
Arjuna karena arjuna sedang bertapa dan akan diminta bantuannya untuk melawan
Prabu Niwatakawaca karena ia dianggap pria yang hebat. Tetapi, bidadari itu
gagal merayunya, malah sebaliknya mereka merindukan pada Arjuna
Kemudian, datanglah seorang duta Prabu Niwatakawaca kepertapaan
itu, berupa seorang raksasa sakti yang bernama Mamangmurka untuk membunuh
Arjuna. Akan tetapi, Arjuna mengutuk mamang murka menjadi seekor babi hutan,
yang kemudian diikuti oleh Hyang Indra yang berganti wujud menjadi seorang
pendeta bernama Resi Padaya.
Arjuna dan Hyang Indra lari ke dalam hutan untuk membunuh babi
hutan tersebut, dan akhirnya panah mereka mengenainya. Karena itu terjadi
perselisihan , masing-masing mengakui bahwa anak panah yang mengenai babi hutan
itu anak panahnya. Hal itu dimanfaatkan oleh Hyang Indra untuk meminta bantuan
kepada Arjuna untuk membunuh Prabu Niwatakawaca, dan akhirnya prabu Niwatawaca
mati di tangan Arjuna.
Karena kehebatan Arjuna, dia diangkat sebagai raja di Kaindran dan
memperoleh gelar Prabu Kariti.
III.
Analisis atau Kritik
Dalam pembukaan wayang “ Begawan Cipta Wening”, dalang mengajak
para penonton untuk mencintai seni. Karena tanpa seni, dunia akan mati. Beliau
mengatakan bahwa “siapa lagi yang akan mencintai seni Indonesia terutama Jawa
kalau tidak kita sendiri”.
Wayang ‘Begawan Cipta Wening” merupakan wayang yang mengisahkan
tentang kebajikan dan kemurkaan, dan kelicikan. Prabu Niwatakawaca digambarkan
mempunyai watak yang mudah marah atau murka, karena tidak menuruti
permintaanya. Hyang Indra digambarkan sebagai tokoh yang licik dalam maksudnya
untuk meminta tolong pada Arjuna. Dan Arjuna digambarkan sebagai okoh yang
mempunyai sifat arif, karena bersedia menolong Hyang Indra.
Kisah yang diceritakan dalam pagelaran
wayang tersebut sangatlah menarik, karena selain mengisahkan tentang seorang
laki-laki yang berusaha mempertahankan cintanya karena tidak terima atas
pinangan orang lain yang diberikan kepada orang yang dicintainya. Selain itu,
juga mengisahkan tentang kearifan dan kehebatan Arjuna dalam mengalahkan Prabu
Niwatakawaca.
Pagelaran wayang “Begawan Cipta Wening” dimainkan secara apik oleh
seorang dalang yang bahasanya mudah dimengerti. Pagelaran wayang “Begawan Cipta
Wening” diawali dengan tembang jawa yang
dibawakan oleh beberapa sinden, kemudian dilanjutkan dengan pembukaan.
IV.
KESIMPULAN
Wayang “Begawan Cipta Wening” merupakan pagelaran wayang hasil
kerjasama antara Kementrian Komunikasi dan Informatika dengan Ikatan Alumni
(IKA) UIN Walisongo Semarang dan acaranya terbilang sukses. Wayang tersebut
dimainkan oleh beberapa tokoh yang mencerminkan watak manusia pada umumnya.
Tokoh yang ada pada wayang tersebut yaitu seorang raja Niwatakawaca, Hyang Indri,
Dewi Supraba, Raden Arjuna, Mamangmurka, dan para bidadari.
V.
PENUTUP
Demikianlah laporan analisis wayang “ Begawan Cipta Wening” . Penulis
berharap dapat memberikan kontribusi yang positif bagi pengembangan ilmu Islam
dan Budaya Jawa. Meskipun demikian, penulis menyadari bahwa laporan yang
penulis susun masih jauh dari kesempurnaan. Maka, kritik dan saran yang positif
sangat penulis harapkan demi perbaikan ke depannya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar