Minggu, 21 Juni 2015

wayang begawan cipta wening



Analisis Wayang Begawan Cipta Wening
Laporan
Disusun guna memenuhi tugas
Mata Kuliah: Islam dan Budaya Jawa
Dosen Pengampu: M. Rikza Chamami, MSI



Description: download (2)


Disusun Oleh:
Shoimatul Maghfiroh                          (123211080)



FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI WALISONGO
SEMARANG
2015


BEGAWAN CIPTO WENING

I.                   PENDAHULUAN
            Wayang merupakan tradisi yang masih melekat diera modern saat ini, tradisi ini biasanya difungsikan pada acara perayaan seperti acra pernikahan, khitananan, sedekah bumi, dan lain sebagainya. Sifat-sifat manusia yang digambarkan dalam bentuk wayang berupa kebijaksanaan, kebajikan, keserakahan, dan lain sebagainya.
Pagelaran wayang biasanya menampilkan kisah atau cerita zaman dahulu, baik fiktif maupun fakta. Akan tetapi, dalam setiap pagelaran wayang kulit, tentunya terdapat beberapa hikmah yang didapatkan, sebagai pelajaran hidup atau peringatan.
Dalam kesempatan kali ini, penulis akan melaporkan hasil pengamatan pagelaran wayang kulit “Begawan Cipta Wening” yang bertempat di Kampus I UIN Walisongo Semarang. 

II.                RESUME WAYANG

BEGAWAN CIPTA WENING
Dalam cerita ini diriwayatkan seorang raja raksasa yang bernama Prabu Niwatakawaca. Ia mencintai seorang bidadari di Suralaya yang bernama Dewi Supraba dan hendak menikahinya, tetapi permintaan itu ditolak oleh Hyang Indra. Karena hal itulah, Prabu Niwatakawaca sangat marah dan hendak merusak tempat Betara Indra. Kemudian betara indra menyuruh para bidadari untuk menggoda Arjuna karena arjuna sedang bertapa dan akan diminta bantuannya untuk melawan Prabu Niwatakawaca karena ia dianggap pria yang hebat. Tetapi, bidadari itu gagal merayunya, malah sebaliknya mereka merindukan pada Arjuna
Kemudian, datanglah seorang duta Prabu Niwatakawaca kepertapaan itu, berupa seorang raksasa sakti yang bernama Mamangmurka untuk membunuh Arjuna. Akan tetapi, Arjuna mengutuk mamang murka menjadi seekor babi hutan, yang kemudian diikuti oleh Hyang Indra yang berganti wujud menjadi seorang pendeta bernama Resi Padaya.
Arjuna dan Hyang Indra lari ke dalam hutan untuk membunuh babi hutan tersebut, dan akhirnya panah mereka mengenainya. Karena itu terjadi perselisihan , masing-masing mengakui bahwa anak panah yang mengenai babi hutan itu anak panahnya. Hal itu dimanfaatkan oleh Hyang Indra untuk meminta bantuan kepada Arjuna untuk membunuh Prabu Niwatakawaca, dan akhirnya prabu Niwatawaca mati di tangan Arjuna.
Karena kehebatan Arjuna, dia diangkat sebagai raja di Kaindran dan memperoleh  gelar Prabu Kariti. 

III.             Analisis atau Kritik
Dalam pembukaan wayang “ Begawan Cipta Wening”, dalang mengajak para penonton untuk mencintai seni. Karena tanpa seni, dunia akan mati. Beliau mengatakan bahwa “siapa lagi yang akan mencintai seni Indonesia terutama Jawa kalau tidak kita sendiri”.
Wayang ‘Begawan Cipta Wening” merupakan wayang yang mengisahkan tentang kebajikan dan kemurkaan, dan kelicikan. Prabu Niwatakawaca digambarkan mempunyai watak yang mudah marah atau murka, karena tidak menuruti permintaanya. Hyang Indra digambarkan sebagai tokoh yang licik dalam maksudnya untuk meminta tolong pada Arjuna. Dan Arjuna digambarkan sebagai okoh yang mempunyai sifat arif, karena bersedia menolong Hyang Indra.
Kisah yang diceritakan dalam pagelaran wayang tersebut sangatlah menarik, karena selain mengisahkan tentang seorang laki-laki yang berusaha mempertahankan cintanya karena tidak terima atas pinangan orang lain yang diberikan kepada orang yang dicintainya. Selain itu, juga mengisahkan tentang kearifan dan kehebatan Arjuna dalam mengalahkan Prabu Niwatakawaca.
Pagelaran wayang “Begawan Cipta Wening” dimainkan secara apik oleh seorang dalang yang bahasanya mudah dimengerti. Pagelaran wayang “Begawan Cipta Wening” diawali  dengan tembang jawa yang dibawakan oleh beberapa sinden, kemudian dilanjutkan dengan pembukaan. 

IV.             KESIMPULAN
Wayang “Begawan Cipta Wening” merupakan pagelaran wayang hasil kerjasama antara Kementrian Komunikasi dan Informatika dengan Ikatan Alumni (IKA) UIN Walisongo Semarang dan acaranya terbilang sukses. Wayang tersebut dimainkan oleh beberapa tokoh yang mencerminkan watak manusia pada umumnya. Tokoh yang ada pada wayang tersebut yaitu seorang raja Niwatakawaca, Hyang Indri, Dewi Supraba, Raden Arjuna, Mamangmurka, dan para bidadari.

V.                PENUTUP
Demikianlah laporan analisis wayang “ Begawan Cipta Wening” . Penulis berharap dapat memberikan kontribusi yang positif bagi pengembangan ilmu Islam dan Budaya Jawa. Meskipun demikian, penulis menyadari bahwa laporan yang penulis susun masih jauh dari kesempurnaan. Maka, kritik dan saran yang positif sangat penulis harapkan demi perbaikan ke depannya.




                                                                                               

Tidak ada komentar:

Posting Komentar